Posts

Showing posts from March, 2019

Aku Akan

Tadi aku tidak sengaja melihatmu, sedang berada di tengah kerumunan orang. Kudengar samar kalian sedang beradu tawa. Tapi, aku tidak melihat secercah senyum di wajahmu apalagi gelak tawa. Hilang ke mana? Apakah ada seseorang yang berani mecuri senyum itu dari wajahmu? Siapa? Bilang padaku! Aku dulu seringkali merutuki diriku sendiri jika membuatmu terlihat begitu tersiksa. Berusaha setengah mati membuatmu tetap bahagia. Sekarang, siapa yang berani-beraninya membuatmu menekuk mukamu begitu? Membuat wajahmu terlihat masam? Apakah mereka sedang menutup rapat-rapat telinganya untukmu? Sehingga kamu tidak lagi mampu berbagi hal yang menusuk dadamu? Apakah mereka sedang berusaha bungkam padamu? Sehingga kamu tidak tahu harus apa saat tersesat seperti sekarang? Apa kamu sedang benar-benar hilang arah? Sedalam apa kamu terjatuh kali ini sampai tidak bisa menapakkan kakimu sendiri di atas bumi? Sehebat apa rasa sakitmu sampai kamu tidak   mampu lagi untuk menangis? Seberat apa b...

#3 - Aku Sudah Selesai

Aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk terus bertahan pada sebuah rasa untuk seorang manusia. Aku sudah membiarkan ribuan bahkan jutaan detik berlalu begitu saja untuk menunggumu. Seseorang yang bahkan tak pernah lagi berniat untuk   kembali. Hanya karena terbiasa bersama, aku jadi merasa kalau bukan kamu semua akan terasa biasa saja. Semua akan terasa tidak semenakjubkan saat denganmu. Hingga segalanya kututup dengan rapat. Segalanya kusimpan dengan sempurna. Segalanya kubiarkan tetap hidup, selayaknya kita yang pernah mencipta. Padahal ‘kita’ saja sudah lama mati. Sebangga itu aku pernah bersama. Aku menunggu, diam-diam mendoakan, diam-diam memperhatikan, diam-diam berharap Tuhan masih mau menyisakan sedikit waktu untukku dan kamu sekali lagi. Konyol! Aku begitu bodoh, kan? Sudah tahu bahwa ceritanya telah ditamatkan, tapi masih saja berusaha menyambungkan. Meski tidak terdengar, aku tahu mereka di luar sana sedang berbisik “menyedihkan”. Tentu, aku tahu. Atau kamu...

#2

Aku bahkan bingung harus memulai dari mana dan bagaimana. Apa kabar? Tentangmu, aku belum sempat memastikan apa aku sudah sampai pada titik terakhir penantianku atau belum. Aku belum sempat menyelesaikan apa-apa yang seharusnya sudah kuselesaikan layaknya yang kamu lakukan. Setidaknya aku sudah ribuan kali menyadarkan diri bahwa kamu sudah tidak lagi di sini. Tidak ada lagi hati yang merekah saat aku kembali menunjukkan diri disatu hari. Melihatmu tertawa di satu meja bersama mereka membuatku merasa lega, ternyata sudah ada mereka yang kini menjaga tawamu. Kupikir kamu sudah jauh lebih menikmati dan mencintai hidupmu.   Akan ada banyak bahu yang siap menjadi sandaranmu kelak saat kamu tidak lagi kuat mengangkat kepalamu. Ada tempat untukmu untuk menyembunyikan isak tangis dalam dekapan mereka nanti. Aku lega. tidak ada lagi hal yang harus aku khawatirkan. Terlalu banyak hal yang aku tuliskan atas namamu. Ingatan-ingatan perihal kita yang pernah bersama yang bersandi...