Selamat Datang

Di tengah sunyi; suara deburan ombak menghantam batu karang; bisik air laut yang kulempari batu. Aku sendiri, duduk terpaku.

Seperti yang sudah-sudah, yang biasa terjadi, yang berulang kali aku alami—ditinggalkan. 

Aku baik-baik saja. 

Terbiasa hanya dijadikan tempat singgah, mencurahkan kesalnya jiwa pada dunia, teman berbagi tawa, tempat menggantung asa, lantas puncaknya; pergi begitu saja.

Sekali lagi, aku baik-baik saja meski berulang kali harus menelan rasa kecewa. 

Lalu, 
Aku kira, kamu datang dengan menjadi yang tak jauh beda. Kukira kamu datang dengan afeksi penuh dusta. 

Maaf, aku sudah berburuk sangka. 

Selamat datang!
Kurapikan seluruh isi jiwa, menata sedemikian rupa agar kelak kamu menetap lantas tak lagi meninggalkan duka seperti mereka. 

Maaf, isi hatiku masih abu-abu, boleh aku minta setitik warna yang biasa kau sebut ‘bahagia’?

Aku janji, suatu hari seluruh afeksi hanya akan jadi milikmu demi melengkapi sisi kosong yang selama ini aku hidupi. 

Selamat datang,
Sudah bisa kau kupanggil separuh jiwa? Hehe.
Maaf, isi hatiku meledak-ledak tiap kali kamu bilang cinta. 
Hatiku berbunga-bunga setiap tatap mata bertemu di ujung senja.

Sekali lagi, maaf. 
Akan kurepotkan kau dengan menitip rasa berharap selalu kamu jaga sampai nanti akhir semesta. 

Comments

Popular posts from this blog

Peraduan

Pantas Bahagia

Aku Akan