Aku Di Sini
Aku tahu suatu hari hati baikmu itu akan ada yang melukai. Mengecewakanmu tanpa aba-aba. Meninggalkan bekas yang seakan-akan tak akan pernah hilang. Melekat pada sudut hatimu.
Aku tahu bagaimana nanti semesta akan menjatuhkanmu pada yang teramat buruk, seakan segala hal sudah kelewat baik untukmu. Ia pikir sudah seharusnya kau mencicipi pahitnya ditusuk tepat pada pusat jiwamu.
Aku tahu suatu hari akan ada rasa paling menyesakkan yang menghujam dadamu lantas menjadikannya sarang duka. Menumbuhkan perih yang tiba-tiba saja mampu mendorong paksa air bening yang sekian lama tak pernah menyentuh pelupuk mata, kau menangis. Aku tahu.
Aku di sini.
Arahkan tungkaimu padaku, mau berlari cepat atau sekadar berjalan lambat, terserah. Kau punya tempat untuk menghambur ke arahku, menumpahkan segala hal yang menyebabkan lubang menganga pada perasaanmu.
Aku di sini.
Peluk saja, tak masalah.
Peluk seerat yang kau mau, karena aku tak akan pernah merasa disesakkan meski aku kehabisan nafas setelahnya.
Tenang saja, diantara ribuan luka yang menikammu, akan selalu ada jutaan cara terhebat untuk menyembuhkan.
Tentang bagaimana otakmu jadi begitu tolol, aku mampu menjadikan itu suatu yang wajar.
Aku tahu bagaimana rasanya lupa daratan ketika dibuat terbang ke awang-awang. Menyenangkan. Tapi, kau lupa bahwa sayap itu terlalu semu untuk terus mengepak di atas sana.
Kau terjatuh menembus lapisan bumi. Tubuhmu terbakar karena kecewa yang tumbuh subur setelah dipupuk rayuan ini dan itu. Kau lupa bahwa bumbu-bumbu itu terlalu berlebihan hingga lidahmu bahkan tak bisa mengecap apa pun, termasuk penghianatannya. Lagi-lagi kau terluka.
Aku tahu yang ia tinggalkan terlalu dalam hingga kau lupa caranya bangkit setelah tenggelam dalam buai.
Aku tahu ia terlampau handal dalam merebut paksa seluruh yang kau punya hingga saat kau sekarat kau tak punya apa-apa untuk kau raih sebagai penyelamat. Kau kehilangan dirimu sendiri. Karenanya.
Dan aku tahu.
Sekali lagi, tenang saja.
Aku di sini.
Pakai saja segala yang melekat padaku untuk kau jadikan rumah. Tempatmu memuntahkan segala yang tertahan pada tenggorokan, yang terjerembab pada dadamu, yang menghimpit aliran darahmu.
Pakai saja, karena segala milikku adalah milikmu.
Seperti halnya milikmu adalah miliknya.
Aku di sini, bersama hal yang selalu bersembunyi di sudut ruang gelap hatiku sendiri. Bersembunyi di balik kata yang selalu mereka teriakkan lantang hingga menembus gendang telinga dengan sempurna.
Pengecut.
Ya, pengecut itu di sini. Untukmu.
Duhhhhhh ya salam
ReplyDeleteKenapa? 😂
Delete