Aku Jatuh (cinta) Lagi

Jadi, bagaimana seharusnya aku menggambarkannya? Rasanya semua kelewat sukar untuk mengudarakan pada telinga orang lain. Hanya aku. Hanya aku yang tahu bagaimana menyenangkannya terjatuh. 

Kali ini aku tidak menyumpah serapahi jatuh yang lagi-lagi kurasakan. Aku tidak lagi merasa remuk disekujur tubuh atau pening pada kepala. Aku malah merasa melayang ke awang-awang.

Sebenarnya otakku sudah terlalu lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Jadi, ada ya jatuh yang tidak merasa sakit? Atau aku hanya melebih-lebihkannya karena terlalu larut pada kesenangan? Kuharap ini tidak semu.

Karena sejujurnya aku lelah. Aku lelah menyembuhkan diri yang lukanya berulang kali tak pernah bisa menutup rapat. Aku lelah meyakinkan diri perihal bagaimana aku bisa menyelesaikan semuanya sendiri, termasuk melupakan masa lalu.

Kupikir segenap perasaan akan seterusnya tinggal pada satu hati yang tertuju padanya. Aku pernah mengira bahwa separuh aku adalah ia yang menyayat seluruh permukaan perasaanku sampai tidak lagi tersisa. Aku megira bahwa nafasku akan terus sesak jika tidak berada pada satu lingkaran hidup bersama.

Aku pernah mengubur dalam-dalam segala harapan sampai tidak lagi tercium keberadaanya karena rasa putus asa. Aku pernah membunuhnya mati-matian sampai mati rasa. Aku pernah menyiksa batin sampai murka. Tapi, bukannya bahagia, aku malah terus terjerat pada siksa. 

Ternyata sepenuhnya aku salah. Karena aku kelewat tolol untuk berusaha menemukan serpihan bahagia yang nyatanya berserakan. Aku bodoh karena memilih mengumpulkan pecahan luka daripada serpihan bahagia.

Aku jatuh (cinta) lagi.

Dengan bagaimana kau membebaskan rantai yang membelenggu kedua kaki hingga aku terus hidup dalam gelap kehilangan.
Dengan bagaimana tuturmu membangkitkan segala yang sudah lama tak hidup dalam dadaku.
Dengan bagaimana caramu merebut kembali fokusku dari sosok itu dan beralih padamu. 

Aku memang butuh jatuh cinta lagi. Karena sendirian membuatku masih terbayang pada kehadiran yang sekedar bayangan. Membuatku diambang batas kewarasan. Aku setengah gila karena terlalu terjerembab pada luka-luka busuk yang terus menggerogoti jiwa. 

Ini menyenangkan. Melihatmu bernafas dengan teratur saja membuatku senang setengah mati lantas diam-diam berbisik pada langit “terima kasih”. 
Aku tahu lukaku terlampau parah sampai membiarkannya berlalu pada hening begitu saja, tapi dengan senang hati kau menjahitnya sampai tertutup tanpa jejak, sukarela merawatnya dengan hati-hati.

Ya, padamu aku merasa jatuh (cinta) lagi. Aku rela terjatuh berulang kali kalau rasanya akan terus seperti ini. Ketika tangan kita bertautan rasanya semua akan baik-baik, semua akan berjalan baik seperti seharusnya. Rasanya aku benar-benar berdiri di tempat yang benar, di sampingmu.

Aku tahu bahkan semua bahagia ini bisa saja menuntunku pada tempat terkutuk yang sama saat kamu meraih tanganku dan membantuku bangkit dari sana. Atau lebih parahnya kau kirim aku pada dasar laut, gelap dan hampa kelewat suram. Aku tahu persis.

Tapi, biar lah untuk sekali lagi aku ‘membodohi’ logika untuk membela perasaan. Sekali terluka bukan berarti berhenti jatuh mencinta kan?
Bisa saja kali ini semesta sedang berbaik hati, benar-benar mengirimkan setengah malaikat untuk menyelamatkanku dari hati yang tersiksa hingga rasa perih bahkan tidak lagi terasa.

Ya, aku jatuh (cinta) lagi. 

Comments

Popular posts from this blog

Peraduan

Pantas Bahagia

Aku Akan