Kita. Jauh.

Tahu tidak? Tiap embun menempel di kaca jendela, yang baunya menelusup sampai dalam kamarku, yang dinginnya memelukku dikala subuh, saat itu aku juga memelukmu, lewat doa.

Aku merangkul erat kepingan cerita yang ada tiap kali kuhitung langkahmu jadi semakin jauh. Belum sampai aku pada tahap di mana bisa merasakan jadi milik satu sama lain seutuhnya, kamu lebih dulu menegaskan bahwa ‘kita’ yang sering kubangga-banggakan sebenarnya adalah fana. 

Makin tipis atensimu, makin tebal kerinduanku. 

Aku ini bodoh soal melupakan.
Mana bisa aku begitu saja membakar habis semuanya? Susah. Yang ada malah aku yang terbakar habis oleh rasa sesal karena terlambat menahanmu. 

Harapan-harapan yang selama ini kutumbuhkan pada pot kecil yang kuberi nama hati, yang kuharap akan tumbuh tinggi dan berbuah, pada akhirnya dipaksa mati dan dibiarkan busuk. 

Mau ditunggu ribuan tahun pun sepertinya tidak akan lagi kutemui sebuah kedatangan. 
Terlanjur jauh kamu pergi, terlanjur habis waktuku untuk berharap. 

Kita, jauh. 

Comments

Popular posts from this blog

Peraduan

Pantas Bahagia

Aku Akan