Sudah Habis Masanya
Kita habis diujung senja. Berhenti pada satu titik gelap paling dibenci sekian lama. Berdiri pada akhir dari yang sudah-sudah, yang dilewati ribuan cerita. Kita tertawa selagi menatap semburat jingga bertabrakan pada langit yang mulai gelap. Rambut hitam legammu tertiup angin lalu matamu menyipit seketika. Kupikir bulan sabit hanya akan bertengger pada langit malam, nyatanya pada sepasang matamu pun ia ada. Itu dulu. Sudah habis masanya. Semua rona bahagia luntur selagi langkah kita tak lagi sejajar dan searah. Titik-titik penghubung mimpi di masa depan lenyap selagi genggam tangan melonggar. Semua hanya akan jadi bayang-bayang semu yang terputar tidak sengaja kala nanti rindu menghantam isi kepala, menyumbat habis oksigen dalam raga. Dunia terus berputar, nanti akan tiba saat di mana langkah kita lagi-lagi dipertemukan, tatap kita yang abu-abu saling bertabrakan. Mana kalimat yang mungkin akan kau dan aku pilih sebagai pemanis di tengah getir? ...