Posts

Showing posts from October, 2018

Pura-pura

Bertahun-tahun membiasakan diri hidup dalam gelap Jatuh sejatuhnya pada hati seseorang yang katanya ingin menetap Terang segala yang hitam tahap demi tahap  Merasa dihidupkan kembali yang selama ini mati terjerembap  Diberi nyawa bernama harap Aku hidup dalam terang yang kamu bawa Yang memberi nafas lega pada jiwa Harapku tumbuh dan besar bak dewa Kendalikan segala rasa dan logika hingga lupa bahwa ia juga bisa mati seperti halnya mereka yang bernyawa Sia-sia Semua berubah jadi bencana Yang kupikir bahagia yang sebenar-benarnya nyatanya dusta  Bagaimana bisa? Aku ditipu sedemikian rupa Ya, aku lupa Aku hidup dalam dunia yang fana Termasuk kamu yang katanya penuh renjana ternyata hanyalah nestapa

Aku Sudah

Aku sudah menjadi perempuan yang teramat bodoh karena mempertahankan perasaan dengan begitu teguh. Harap-harap dilihat kemudian digapai dan menyusuri gelap terang bersama Aku sudah menanti sampai pudar simpul senyum karna tak kunjung hadir, sampai retak segala yang didekap Aku sudah kenyang menelan kecewa Aku sudah Aku juga sudah memberitahumu bahwa aku disini, akan selalu ada. Kamu tidak kehilangan. Kamu selalu bisa menemukan. Tapi, kamu tak kunjung ada, tak kembali Aku sudah Aku sudah berhenti Lalu menyadari, sekuat apa berdiri tak mungkin selamanya kuat menanti Sesering apa berucap amin, yang dinanti tak selalu yakin Waktu terus berjalan Aku tidak lagi boleh terus menetap pada yang ingin jadi tetap Tidak, aku tidak merasa kehilangan, aku mengikhlaskan Aku sudah merelakanmu mencari hangat pada peluk yang lainnya Mencari damai pada telinga yang lainnya Mencari kasih pada hati yang lainnya Aku sudah dengan sepenuh hati memberi apa yang bisa Ak...

Untukmu, Penggantiku

Untukmu, perempuan yang laki-lakiku pilih sebagai penggantiku, selamat. Selamat karena kamu sudah dipilihnya, laki-laki yang kuanggap malaikat. Pembawa damai dan bahagia. Laki-laki yang pernah menjadi tempatku pulang, penghapus gundah, penenang jiwa dan tempatku menaruh harap. Aku begitu menjatuhkan hati dan takut kehilangan. Takut-takut semestanya tidak lagi tentang aku. Ternyata benar, semestanya berganti tentangmu.  Selagi aku masih berusaha memperbaiki, ia menemukanmu. Kamu memikat dan mengundang rasa. Bukan, bukan salahmu. Tentu perasaan punya haknya untuk memilih kemana akan berlabuh, benar kan? Selagi aku terlihat buruk dimatanya, kamu terlihat begitu bersinar baginya. Untukmu, penggantiku, Jangan ulangi apa-apa yang aku perbuat atasnya. Buat dia menjatuhkan hati padamu dalam-dalam tanpa takut dikecewakan dan takut dijerumuskan pada rasa ragu untuk menumbuhkan rasa percaya padamu. Untukmu, penggantiku, Dulu aku mengecewakannya, melupa perihal janji yang kemu...

Menipu Diri

Bahwa sebenarnya aku sedang menipu diri. Aku merasa amat baik-baik saja, sehat batin dan raga, menyunggingkan senyum tanpa memaksa, memperdengarkan tawa dengan bangga Padamu aku terlihat sebagai perempuan yang telah menyanggupi memar-memar dalam dada dan kemudian bangkit.  Padamu aku terlihat sebagai perempuan yang melupa perihal luka-luka yang pernah bersemayam, termasuk melupa perihalmu.  Ya, andai saja begitu. Andai saja benar-benar begitu. Aku menipumu, menipu pengelihatanmu, aku menipu dunia. Bahkan aku menipu diriku sendiri. Aku masih sosok yang membiarkan luka-luka itu tinggal dan memelihara duka.  Aku belum sepenuhnya bangkit dari lara yang selama ini aku nikmati, yang selama ini aku biarkan hidup setelah menyerah untuk membunuhnya.  Aku masih perempuan yang melihatmu saja masih mengundang debar-debar yang aku kenal sejak bertahun-tahun lalu. Aku menipu diri demi terlihat sama tangguhnya denganmu.

Di Balik Luka

Aku perempuan yang masih amat merasa terlukai karena seorang laki-laki Yang lukanya masih membekas. Melebar. Mengerogoti batin Yang dukanya selalu berkepanjangan Yang tangisnya tidak berkesudahan Yang berharap benci pada tiap rasa yang ada Tapi, dibalik segala luka, Aku perempuan yang mencintai dan mengasihi seorang laki-laki dengan teramat sangat sampai sekarang Yang memperhatikannya lekat-lekat dari jauh Yang menengadahkan tangan dan berucap doa, selalu. Mengharapkan selamat dan bahagia ditiap detik yang ia lewati Yang menghawatirkannya diam-diam Yang mencoba selalu ada pada tiap jatuhnya Yang masih saja menunggu padahal “usai” sudah lama terucap Dibalik segala luka, aku masih menyukaimu

Yang Dulu Tinggal

Waktu tetap berjalan, matahari tetap terbit dan tenggelam, hari terus berganti hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun.  Jika berpisah bukan jalan untuk menghapus asa, bukan cara untuk membunuh rasa maka biarkan mereka tenggelam ditelan masa. Jika mimpi-mimpi itu masih hidup, bunuh paksa saja. Percuma, langit tak mengijinkan mereka jadi nyata. Untukmu, Setelah genggam kita tak lagi erat, duniamu tidak lagi tentang bagaimana kisah kita akan jadi hal yang paling dirindukan setiap pejam mata. Kisah kita jadi terasa tanpa nyawa setelah membaur jadi bagian dari masa lalu.  Bayangan kita yang tersenyum, tertawa, berjalan beriringan, berlarian seakan mati. Tidak lagi berwarna, hanya hitam dan putih. Aku dengan dunia dan samar-sama masa depanku, kamu dengan segala semestamu. Jika nanti dalam semestamu tiba-tiba saja ada aku yang melintas, kemudian ada rindu yang kembali terbit, cukuplah ingat pernah ada aku sebagai tempat menuai rindu meski sekarang tidak la...

Sembunyi

Kamu tahu alasan kenapa aku memilih sembunyi setelah kita berakhir pada langkah yang tak lagi searah? Aku sedang   bertindak seperti pengecut Setelah bertahun-tahun merasa terbahagiakan.   Setelah sekian lama sama-sama berusaha menyelamatkan sebuah hubungan. Bertahan dari segala terpa angin, pada akhirnya ketika kamu memilih menyerah, aku masih saja berjuang menjaga rasa. “Bisakah kita selesaikan ini saja?,” katamu. Waktu kita habis.  Meninggalkan banyak luka. Dan merasa kecewa karena gagal membuatmu tetap bertahan adalah satu dari sekian alasan yang mungkin. Kemudian aku merasa harus menyembuhkan luka-luka itu, sendiri. Tiba-tiba saja aku rasa aku tidak lagi sanggup mendengar tawa, memandang   senyum menggemaskan dan tatap matamu yang seringkali menjadi matahari pada tiap-tiap hariku. Aku berhenti mencari tahu kabarmu, aku bersembunyi dengan segenap luka-luka yang tak kunjung sembuh. Berusaha bengkit kembali dengan tidak lagi mau menampakkan di...

Sudahi

Sejak detik itu, tali yang mengikat kita terputus. Dinding yang tak pernah ada, tiba-tiba saja ada dan meninggi. Suara kita tidak lagi beradu di tengah bising suara orang lain. Tidak lagi terbahak pada satu lelucon lagi. Tidak berbagi senyum seperti sebelumnya. Tidak bertukar kabar seperti biasanya. Tidak, kita sudahi itu sejak hari itu. Kusadari, kamu sudah jauh lebih bahagia semenjak memilih pergi, tidak merasa diganggu atas damaimu olehku. Jauh lebih sering mencipta gelak tawa. Kamu bahagia, kan? Kemudian aku juga tahu, kamu temukan dia yang katamu benar-benar mengerti kamu, melebihi aku. Lebih mengasyikkan dari yang biasanya aku usahakan. Kamu temukan perempuan yang kata mereka memang melebihi aku, parasnya, senyum manisnya, cara bicaranya yang lembut, dan caranya menatapmu. Katanya dia lebih daripada aku. Tahu darimana? Apa dia tahu kamu tidak suka terlalu banyak ditanya ketika marah? Apa dia tahu kamu tidak suka diganggu ketika tidur? Apa dia tahu kamu tidak...