Sembunyi
Kamu tahu alasan kenapa aku memilih sembunyi setelah kita
berakhir pada langkah yang tak lagi searah? Aku sedang bertindak seperti pengecut
Setelah bertahun-tahun merasa terbahagiakan. Setelah sekian lama sama-sama berusaha
menyelamatkan sebuah hubungan. Bertahan dari segala terpa angin, pada akhirnya
ketika kamu memilih menyerah, aku masih saja berjuang menjaga rasa.
“Bisakah kita selesaikan ini saja?,” katamu.
Waktu kita habis.
Meninggalkan banyak luka. Dan merasa kecewa
karena gagal membuatmu tetap bertahan adalah satu dari sekian alasan yang
mungkin. Kemudian aku merasa harus menyembuhkan luka-luka itu, sendiri.
Tiba-tiba saja aku rasa aku tidak lagi sanggup mendengar
tawa, memandang senyum menggemaskan dan
tatap matamu yang seringkali menjadi matahari pada tiap-tiap hariku. Aku
berhenti mencari tahu kabarmu, aku bersembunyi dengan segenap luka-luka yang
tak kunjung sembuh. Berusaha bengkit kembali dengan tidak lagi mau menampakkan
diri dihadapanmu.
Berharap dengan begitu semua jadi cepat baik-baik saja, rasa
yang lama tinggal dalam rongga dada perlahan akan mau menghilang seiring
berjalannya waktu.
Yang tersisa ketika kita melepas genggam adalah kenangan
yang mengundang rindu jauh lebih sering dari biasanya
Ada hasrat ingin memeluk lebih erat dari yang pernah
.
Ada kamu yang semakin lekat tinggal dalam kepala.
Aku bersembunyi, menghilang dari peredaran, menjauh dari
jangkauan bola matamu.
Aku merasa akan baik-baik saja jika terus jadi pengecut,
padahal itu alasan bahwa bertemu denganmu aku takut
Comments
Post a Comment