Yang Dulu Tinggal
Waktu tetap berjalan, matahari tetap terbit dan tenggelam, hari terus berganti hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun.
Jika berpisah bukan jalan untuk menghapus asa, bukan cara untuk membunuh rasa maka biarkan mereka tenggelam ditelan masa.
Jika mimpi-mimpi itu masih hidup, bunuh paksa saja. Percuma, langit tak mengijinkan mereka jadi nyata.
Untukmu,
Setelah genggam kita tak lagi erat, duniamu tidak lagi tentang bagaimana kisah kita akan jadi hal yang paling dirindukan setiap pejam mata.
Kisah kita jadi terasa tanpa nyawa setelah membaur jadi bagian dari masa lalu.
Bayangan kita yang tersenyum, tertawa, berjalan beriringan, berlarian seakan mati.
Tidak lagi berwarna, hanya hitam dan putih.
Aku dengan dunia dan samar-sama masa depanku, kamu dengan segala semestamu.
Jika nanti dalam semestamu tiba-tiba saja ada aku yang melintas, kemudian ada rindu yang kembali terbit, cukuplah ingat pernah ada aku sebagai tempat menuai rindu meski sekarang tidak lagi.
Untuk banyak salah yang kamu atau aku punya yang kemudian mengikis perasaan yang kita punya, saling memaafkan tak pernah salah adanya.
Yang menurutmu salah dalam diriku, mungkin akan kamu temukan benarnya pada diri orang lain.
Begitu juga aku, yang aku pikir tak pernah tepat, mungkin akan aku temukan pada mereka yang coba mengetuk pintu dan masuk dalam duniaku.
Tak pernah menyiksa batin jika mengikhlaskan dengan benar, tak pernah meremas jiwa jika melepas dengan tepat.
Biarkan sisa-sisa luka itu habis ditiup angin atau dihapus hujan.
Yang Aku Sayang,
Selamat menuai bahagiamu sendiri. Berlari sebebas mungkin, bermimpi setinggi mungkin. Aku tidak lupa mengaminkan.
Jika langit mengijinkan, selamat bertemu dilain hari, dengan kamu yang menurutku tepat dan aku yang menurutmu benar.
Comments
Post a Comment