Pengakuan

Dengan sadar aku mengakui hal-hal yang menurutmu sudah mati dimakan waktu. 
Mengakui hal-hal yang sudah terlalu basi untuk lagi-lagi dibicarakan. 
Tapi, aku tidak pernah menyesali pengakuan yang mungkin beberapa orang anggap benar-benar membuang harga diri.
Terlihat mengemis rasa pada yang sudah tak lagi merasa.
Menyedihkan. Memang.
Tapi, kupikir tidak pernah salah untuk mengakui bahwa yang aku rasa memang masih sama adanya.

Aku bukannya sengaja memeliharanya untuk terus hidup dalam dada, yang sebenarnya adalah tanpa sadar aku tidak pernah benar-benar menenggelamkannya sampai karam.
Kubiarkan waktu yang mengambil alih, yang kupikir akan segera menghilang, nyatanya masih mengapung-apung di atas segala kenangan.
Masih terlalu banyak untuk cepat dimusnahkan, layaknya buih ombak.

Pengakuan yang mungkin terasa tidak penting itu, bukan untuk menarikmu pada genggamku lagi.
Bukan untuk mengajakmu mencoba menuliskan cerita berdua lagi.
Kita sudah selesai. Aku paham.
Yang belum selesai itu aku. 
Hal-hal menyedihkan yang kamu ketahui malam itu adalah hal-hal yang melegakan dahaga. Yang membebaskan benak dari bungkam-bungkam yang selama ini aku pertahankan.
Pengakuan-pengakuan itu tidak untuk memaksamu berada pada posisi yang sudah lama kamu tinggalkan.
Jangan dikasihani. Atau aku memang patut dikasihani? Tapi, kumohon jangan. 

Perihal rasa yang masih aku punya dan mungkin mengusik tenangmu karena lagi-lagi aku bicarakan ini, maaf. 
Jangan benci aku.




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Peraduan

Pantas Bahagia

Aku Akan