Menghapus Asa Hilang Rasa
Entah hari ini sudah hari keberapa aku mengagumimu.
Masih menempatkanmu pada urutan pertama yang aku semogakan pada ujung malam.
Tapi, aku tidak lagi menyemogakan agar kamu kembali. Aku sudah menyerah tentang hal itu.
Selalu ada yang hilang dan berganti.
Kamu menghilang dan aku sudah terganti.
Aku pun harus berdiri tegak, berjalan, dan mencari tempat pulangku yang baru.
Menunggumu tak pernah disesali, tapi kalau sia-sia dan kepulanganmu tak benar-benar nyata adanya? Percuma saja.
Aku bahkan tidak tahu apa yang kamu rasa saat tahu aku menunggu? Atau lebih baik tak usah tahu apapun.
Sudah terlalu lama aku mengiyakan luka, memelihara dalam dada.
Sudah waktunya aku melambaikan tangan dengan benar dan ikhlas, membalas perpisahan yang kamu lakukan sejak lama.
Menghapus asa yang terpupuk terlalu lama, tumbuh terlalu tinggi.
Menyudahi debar-debar yang selalu ada.
Langit berbisik bahwa waktunya sudah habis, aku harus terus berjalan. Tidak lagi berdiri menunggumu.
“Dia tidak akan pulang padamu lagi,” begitu katanya.
Untukmu, aku tidak pernah menyesali waktu yang terbuang untuk menunggu, merindu, mengasihimu. Bisa jadi itu hal yang paling dalam yang pernah benar-benar aku lakukan untukmu. Dan kamu rindukan suatu hari nanti.
Dan ya, aku berhenti. Menyudahi rasa.
Comments
Post a Comment