Belum Menerima Selamat Tinggal
Pada langkah yang semakin menjauh.
Pada punggung yang semakin membelakangi.
Dan, peluk yang kini tak bertuan.
Diri yang dulu begitu didamba wujudnya,
hadirnya kini menghilang disapu waktu.
Melangkah menjauhi aku yang kemudian terpaku tanpa kata.
Dirundung mendung.
Hujan deras membasahi pipi yang tadinya merah merona dibuai sanjung.
Padahal kita sudah memupuk harap, membangun mimpi.
Lantas aku bisa apa?
Yang menyadarkan ada bahagia di depan sana, kini menelantarkan harap.
Mana bisa aku membangunnya sendirian?
Aku pikir kamu hanya perlu pergi sebentar, kemudian kembali dengan mimpi baru, tentang kita.
Tapi, bukan.
Kamu memang berhenti mengejarnya denganku.
Melepas genggam.
Padahal kini kamu sudah jauh.
Tidak lagi bisa kugapai.
Peluk ini mengambang, berdebu.
Tapi, aku masih saja menatap lekat.
Aku belum bisa menerima selamat tinggal.
Mungkin itu sebab aku masih di sini, berdiri menunggu kepulangan yang tak kunjung jadi nyata.
Pada punggung yang semakin membelakangi.
Dan, peluk yang kini tak bertuan.
Diri yang dulu begitu didamba wujudnya,
hadirnya kini menghilang disapu waktu.
Melangkah menjauhi aku yang kemudian terpaku tanpa kata.
Dirundung mendung.
Hujan deras membasahi pipi yang tadinya merah merona dibuai sanjung.
Padahal kita sudah memupuk harap, membangun mimpi.
Lantas aku bisa apa?
Yang menyadarkan ada bahagia di depan sana, kini menelantarkan harap.
Mana bisa aku membangunnya sendirian?
Aku pikir kamu hanya perlu pergi sebentar, kemudian kembali dengan mimpi baru, tentang kita.
Tapi, bukan.
Kamu memang berhenti mengejarnya denganku.
Melepas genggam.
Padahal kini kamu sudah jauh.
Tidak lagi bisa kugapai.
Peluk ini mengambang, berdebu.
Tapi, aku masih saja menatap lekat.
Aku belum bisa menerima selamat tinggal.
Mungkin itu sebab aku masih di sini, berdiri menunggu kepulangan yang tak kunjung jadi nyata.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteYang dari hati selalu terlihat dalam hehe
Deletekau akan tetap diam termenung meratapi pergi yang tak kembali
ReplyDeleteada yang kau bangun bersamanya luluh lantak oleh waktu yang tak membawanya pulang
kau bagai kebisuan dalam penantian
yang tak menanyakan dan tak ditanyakan
kabar adalah satu kata yang mustahil kau dapatkan, dari itu semua, nikmatilah rindumu, harapanmu, dan kuatlah dalam menanti ketidakpastian.
jika lelah, kembalikah pada Tuhan, Dia Sang Maha Cinta