Jika Memang Bukan

Sejak genggaman itu merenggang, aku tidak tahu bagaimana cara merekatkan. Bagaimana cara menyatukan yang tidak lagi melekat?
Berulang kali dihantui rasa takut kehilangan, berulang kali pula kamu meyakinkan.
“aku di sini,” katamu.
Tapi, waktu yang terus berputar, meninggalkan tiap detiknya, nyatanya membuatmu tidak lagi di sini.
Pergi ke mana?

Apakah dengan bersamaku kau merasa sesak?
Apakah dengan berdampingan denganku kau merasa dirantai sampai terus-terusan berusaha pergi tanpa meninggalkan jejak?

Jika seburuk itu untuk terus memijakkan kaki disampingku, aku rela kau tinggal sendiri.
Tapi, tidak bisakah berpamitan?
Kenapa juga harus meninggalkan kesan suram penuh duka?
Padahal kita mulai dengan sinar terang kebahagiaan.

Jika memang kita bukan lagi dua orang yang sedang dimanjakan semesta atas sebuah rasa, silakan.
Silakan melangkah jauh sejauh yang kamu mau.
Aku masih di sini.
Setidaknya sebelum yakin yang kupercayai belum berubah menjadi buih dan hilang disapu waktu.

Comments

Popular posts from this blog

Peraduan

Pantas Bahagia

Aku Akan